Everybody, is wanted to be "perfect".
Padahal mengejar kesempurnaan itu seperti mengejar kepuasan yang bahkan tidak akan pernah habis.
Terkadang ketidaksesuaian sedikit saja dengan apa yang kita bayangkan, kita udah mulai malas.

Melempar kekesalan dengan menyerah?

Awalnya, memang kita memiliki inisiatif untuk terus berkembang dan maju,
istilah gaulnya selalu move on disaat-saat yang rumit, sehingga masalah tersebut bisa saja belum terselesaikan dengan baik dan jawabannya pastilah mengambang. Yasudahlah.. lupakan! :D

Visualisasi dalam bentuk objek yang bercampur dengan warna-warna ini terus saja membuai kenikmatan pada kedua bola mata kita, memberikan impuls ke otak kita dan selalu berkata inilah tempat terindah untuk melakukan segalanya dan apa yang kita inginkan didalamnya. Kenyataannya, cacat sedikit saja kita sudah enggan untuk meneruskan, sehingga kita mulai berdiam diri, dan bahkan orang-orang disekeliling kita pun terkena efeknya. Seperti efek domino, ketika kita diam, meratapi kesalahan tanpa ada tanggung jawab untuk memperbaikinya, semua orang tampak tak suka berdiam didekat kita.

Menurut aku, kebutuhan visual yang kita idamkan ini berpengaruh dengan minat dan keinginan kita untuk terus berkarya, melanjutkan hidup dan menyebarkan segala ilmu dan kebaikan yang kita miliki kepada dunia.

Lantas, mengapa selalu ada pertanyaan..
Dimanakah tempat sempurna itu?
Dimanakah tempat yang menggoda semua orang untuk mendekat?
Dimanakah semua ide ini dapat terungkap?
Dimana, dimana, dan dimana?

Apakah di hati dan pikiran kita?

Menjadi bahagia sebenarnya kitalah yang menentukan.
Sekarang pun kita bisa berbahagia mengingat apa yang sudah kita miliki, dan bukannya menginginkan sesuatu yang belum kita miliki. Sepertinya kita menggantungkan kebahagiaan kita sendiri dalam diri dan benda-benda yang bahkan bisa hilang dengan sekejap. Yang menarik adalah yang kita miliki adalah diri kita sendiri, bagian-bagian yang kita miliki, dan tentu saja pikiran kita setuju, bahwa kita sebenarnya dari dalam lubuk yang paling dalam, kita mencintai diri kita sendiri dan hati kecil kita melindungi kita dengan suara-suaranya. Apakah hatimu masih berbicara?

Btw, ini judul postingan nya rada aneh? mau diganti bikin repot mikir.
dipikir gak ketemu, yasudah.. sambil dipikir judulnya ini dulu deh.